Jumat, 06 Juli 2012


                                                                                                                                          Cerpen remaja

BAYANG BAYANG KENYATAAN
Karya Reza Nurdiana

Anggap saja seseorang yang kamu benci tidak ada
Dengan begitu tidak ada lagi amarah yang membelenggu
Tidak ada lagi rasa bersalah karena membenci orang itu
Tidak akan ada lagi air mata yang keluar saat kesedihan menyapa

Hentikan!
Jangan biarkan lagi, air mata menetes
Karena satu tetes air mata akan membuatmu terjatuh
Buang...
Hilangkanlah semua kesedihan
Hapuskan..
Hapuskan semua kenangan yang tidak ingin kau kenang

Lihat
Lihatlah dirimu, kau berharga
Kau adalah sejuta harap
Hanya ada satu kata
Hanya ada satu kepastian

DIRIMU
~ ~ ~

M
atahari sudah berada tepat diatas kepala, tapi hanya mampu menghangatkan ujung sayap patung – patung malaikat dan naga di atas gedung. Udara di jalan pun sudah mulai beraroma salju, seolah olah mengingatkan bahwa musim dingin akan segera datang.
Sambil bersenandung kecil, Elena berbalik dan menuju ke dalam kamar. Udara di balkon sudah tidak mendukungnya yang sedang pilek. Elena menuju ke depan cermin dia menatap lekat – lekat banyangan yang terpantul dari cermin.
“ Ini aku?” tanyanya bodoh pada diri. Dia begitu serius memandangi wajahnya. Sesekali dia menoleh  ke kanan dan ke kiri. Untuk sesaat dia berpaling dari cermin, dan kemudian dia kembali ke depan cermin.
Berapa kali pun dia berpaling lalu kembali, tetap saja yang terpantul adalah banyangan dirinya. Tapi kali ini dia merasa berbeda dia merasa ada yang salah pada dirinya. Dia seperti dipermainkan dan terkadang dia menganggap dirinya seperti ilusi semata.
“ Bukan, aku tidak seperti ini. Ini bukan aku!” gumamnya seperti orang ketakutan. Keadaan menjadi hening sesaat. Tak terasa air mata sudah menetes dipelupuk matanya diikuti dengan isak tangin yang kian keras memecah keheningan.
“ Tenang Elena, semuanya akan baik – baik saja,” serunya sambil melempar benda apapun yang ada didekatnya. Terlihat jelas dia sedang berusaha menenangkan dirinya dari semua kegundahan yang menyiksanya.
Tiba – tiba Elena merasa semuanya seakan cepat, detak jantungnya, dentingan jam tua dan dia merasa ada seseorang yang menatapnya. Tatapan itu tajam, membuatnya seakan menjadi kecil, seperti anak kecil yang tidak berdaya, terpojok dan ketakutan.
Kini, kepalanya dipenuhi bayangan orang – orang yang dibencinya. Bayangan itu berputar semakin lama semakin cepat. Dia mendengar banyak suara, teriakan, tangisan, ancaman dan ejekan yang berdengung. Kepalanya seolah mau pecah. Sakit sekali. Dan akhirnya semua suara itu bercampur menjadi suara tawa. Begitu nyaring seakan ingin memecahkan gendang telinganya.
****
 “ Elena?!” seru Greyson sambil menepuk – nepuk pipi Elena. Elena mulai membuka matanya. Dilihatnya sesosok pria yang seumuran dengannya. Walaupun pandangannya masih kabur dan agak berkunang – kunang, Elena masih dapat mengenali sosok itu. Greyson, sahabatnya dari kecil.
“ Greyson,”
“ Kamu kenapa?Tadi aku mendengar suara teriakan, karena itu aku ke sini. Tapi aku malah menemukanmu tergeletak di sini”
“ Aku hanya sedikit pusing, nanti juga baikan,” jawab Elena sambil memegang kepalanya yang masih berdenyut.
“Ya sudah, beristilahatlah dulu. Aku akan mengambilkanmu raviolli – pangsit kecil khas italia, dan minuman hangat,” kata greyson sambil berbalik.
Dipandanginya langit – langit kamar yang tidak pernah berubah sejak 10 tahun lalu, hanya saja atas itu semakin kusam sekusam masa lalunya. Di kamar inilah, Elena kecil bersembunyi dari semua teriakan dan ancaman yang hampir setia hari didengarnya. Di balik pintu kamarnya, dia mendengar tangisan ibu, memohon ampun ke ayahnya yang sedang marah, sangat marah tepatnya. Saat itu ayah, seperti orang kesetanan, dia membentak, mengeluarkan kata – kata kasar, bahkan tidak segan untuk memukul ibu. Huh, slide – slide di otaknya kembali memutar potongan – potongan masa kecilnya. Kenangan masa kecil yang saling bertubrukan menghambur keluar dalam memori otaknya.
“ Ini minumanmu,” seru Greyson mengagetkan.
Grazie – terima kasih, tapi kamu mengagetkanku tau!” ujarku sambil melempar bantal ke arahnya.
“Hey, kamu ini sudah di tolong juga. Eh, padahal aku sudah mengetuk pintu tapi kamunya saja yang bengong terus. Ada apa?”
“ Tidak ada apa – apa,”

****
Malam, merupakan hal yang dibenci Elena sejak tiga tahun lalu. Apalagi ketika dia mulai terlelap, menjelajahi sudut mimpi buruknya. Sejak tiga tahun lalu, selalu ada sosok samar dalam mimpi – mimpi buruknya. Awalnya sosok itu tidak menggangu, seperti hanya sedang mengamati Elena dari jauh. Elena juga tidak menggubrisnya, sudah terlalu banyak mahluk menakutkan serta bayang – banyang kelam masa lalunya. Bagi Elena, sosok itu bagaikan Elena kecil. Terpojok , ketakutan , dan menangis menjadi makanan sehari – harinya.
Tapi kali ini malamnya terasa berbeda, semuanya terasa  lebih menakutkan. Sosok samar – samar itu semakin terlihat jelas. Terlihat sosok yang sangat mirip dengannya, bagaikan memandang cermin. Sosok itu adalah dirinya. Sosok itu mengaku bernama Felia Vallaresso.
Tidak hanya itu, dia melihat bayang – bayang masa lalunya . bayang – banyang kelam yang ingin di lenyapkannya .Tangisan ibunya semakin bergema , kata – kata kasar ayahnya memenuhi telingannya . Juga saat-saat terakhir bersama sosok ayah yang tak pernah sempat bisa membahagiakannya.
Dan Felia seolah semakin nyata. Sosok dirinya yang kejam terus bergejolak, seakan ada singa liar dalam diri Elena yang ingin mengamuk.
“ Elena bodoh , kenapa kamu begitu lugu! Ingat semua penindasan yang kamu alami! Ingat semua masa lalumu, “ seru Felia, sosok yang selalu menghantui malam Elena kini semakin kurang ajar, dia mulai dia mulai berani membentak dan menyuruh – nyuruh Elena . Tidak hanya itu , sepertinya Felia benar – benar menginginkan raga Elena . Menjadikan diri Elena sebagai Felia seutuhnya.
Felia benar – benar telah menguasai diri Elena . Dia mulai beranjak tempat tidur dan segera mengganti baju . Elena yang manis berubah menjadi Felia yang tomboy yang bergaya persis anak rebel.
Dengan menggunakan celana jeans panjang dan kemeja kotak – kotak , Felia keluar rumah mencari udara malam. Dia menyusuri gang – gang kecil , kemudian berbelok dan sampailah dia di jembatan rialto salah satu jembatan yang paling terkenal di venezia.Tiupan angin menyambut Felia ditengah gang yang begitu sempit, membuat hawa dingin semakin menusuk rusuknya. Dia segera mempercepat langkahnya.
Di tengah perjalanan, dia melihat seorang anak di ujung gang. Wajahnya terlihat sangat ketakutan.
“ Maaf ayah, itu bukan aku yang melakukannya,” kata anak itu terisak. Tangannya menutupi muka, berlindung dari serangan si lelaki.
“ Dasar anak bodoh, kamu hanya menambah beban saja. Godola – perahu tumpangan itu sangat berarti bagiku, malah kamu hanyutkan di laguna” seru seorang lelaki dengan penuh emosi.
“ Tapi itu bukan aku yang melakukannya, sungguh,” ucap anak itu sambil terus menahan air mata agar tangisnya tidak pecah. Tapi itu semua tidak berhasil menyentuh hati si lelaki, dia malah mendaratkan kakinya ke pinggang anak kecil itu.
Bayangan Elena kecil menggantung dipelupuk mata. Emosi yang menyala membuat tangan Felia mengepal. Dia merasa marah, entah mengapa dia merasa ada dendam yang belum terlampiaskan. Tapi dia hanya diam, memperhatikan apa yang terjadi dengan kejauhan. Beberapa detik setelah anak kecil itu pergi, dia mulai mendekati lelaki tadi. Ditariknya lelaki itu ke ujung gang, persis yang dilakukan lelaki itu terhadap anaknya. Kemudian kepalan tangannya dengan cepat melesat ke pipi lelaki tersebut. Felia memukuli lelaki itu dan membiarkannya terkapar di ujung gang.
Itu adalah kali pertama Felia melampiaskan dendamnya. Melakukan hasrat – hasrat terendam Elena, keinginan liar yang tak pernah diwujukan Elena. Setiap malam, Felia menjadi raja di tubuh Elena. Dia merasuki tubuh Elena dan berbuat sesukanya. Dan saat pagi menjelang, Felia menjadi sosok tersembunyi dari Elena yang bersemayam dengan tenang.
Elena yang malang, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya. Hanya ada kebingungan yang setiap hari menemaninya. Beberapa hari yang lalu di menemukan luka di dahinya yang entah berasal dari mana, kemudian dia merasa nyeri di badannya. Sekarang, dia tidak tahu mengapa dia tidur di tangga.
“ Jujur, memang belakangan ini kamu rada aneh,” kata Greyson saat Elena menceritakan keganjalannya
“ Aneh? Kenapa?”
“ Ya, kamu bukan seperti Elena. Aku pernah bertemu kamu disuatu malam sedang meminum grappa – minuman berakohol tinggi khas venezia padahal kamu tidak suka minuman itu, dan saat aku panggil kamu tidak menyahut. Kamu seperti tidak mengenalku,”
“ Hah?! Kapan aku begitu?”
“ Sekitar dua hari yang lalu,” Elena hanya bisa tercengang mendengar semua hal yang diceritakan Greyson, karena dia tidak merasa melakukannya dan satu pun dari cerita tersebut tidak ada yang diingatnya.
“ Apa perlu aku ke psikiater?” gumam Elena dalam hati
“ Elena, hmm.. Kalau kamu mau, aku punya teman yang ibunya kerja jadi psikolog, ” usul Greyson seakan membaca pikiran Elena.
“Baiklah, tapi mungkin aku akan pergi sendiri saja,”

****

Perkataan Dokter di sanatorium masih tergiang di telinga Elena. “Aku, berkepribadian ganda?”gumamnya dalam hati. Memang dalam hidupnya banyak luka yang tergores di hatinya. Saat dia berumur enam tahun, ayahnya yang pengusaha mulai berangsur bangkrut. Sedikit demi sedikit hartanya dipakai untuk menutupi kebutuhan perusahaan, tapi itu tetap tidaklah cukup. Hal ini membuat perubahan sikap ayah yang sangat drastis. Ayahnya mulai kasar, membentak, mengancam, bahkan tidak segan untuk memukuli Ibunya yang tidak bersalah. Bagi Elena, saat ayahnya berubah menjadi serigala, hanya ibunya yang menghiburnya. Ibunya bagaikan malaikat bisu. Hingga suatu saat, dia harus kehilangan sang malaikatnya.
Suatu malam di musim dingin, ibunya keluar rumah untuk mencari makanan. Pada saat ibunya pergi, dia merasa ada yang janggal di hatinya. Akhirnya dia memutuskan untuk menyusul ibunya.
Dia meyusuri tiap gang disekitar, dan matanya tertuju pada ujung gang yang gelap. Disana ada ibunya yang sedang di kerubungi preman. Preman itu memaksa ibu agar memberikan uangnya, namun ibunya malah memberontak.
“ Ini uang untuk membelikan makanan anakku, aku mohon jangan diambil,” kata ibu sambil menangis. Sayangnya, preman itu tidak perduli. Preman itu malah seperti orang yang kesetanan, botol bir ditangan preman itu mendarat di kepala ibunya. Bagian bawah botol yang tebal itu pecah setelah. Ibu terus berusaha minta tolong, tapi satu pun orang tidak kunjung datang.Sedangkan, Elena kecil hanya bisa terpaku diam, ketakutan. Tak puas dengan botol bir, preman itu membenturkan kepala ibunya yang sudah berdarah – darah ke tembok, hingga ibunya merenggang nyawa. Beberapa menit setelah preman itu kabur, Elena berlari ke arah mayat ibunya. Dia menangis, berteriak minta tolong tapi yang dia dapat hanya kesunyian. Beberapa hari setelah ibunya meninggal, Elena mendapati ayahnya yang terkapar disudut tangga, karena overdosis narkoba.
Kini, dia tinggal dengan tubuhnya yang dia saja tidak bisa dikendalikannya. Dia sudah banyak merepoti Greyson. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah.
****
Dengan langkah kaki yang berat, dia menyusuri gang – gang dan tepi kanal. Dia tidak tahu harus kemana. Di tengah malam yang hening penuh kebekuan, Elena sudah tidak sanggup berjalan lagi, rasa kantuk yang sedari tadi menyerah berusaha dihiraukannya. Tiba – tiba, seorang lelaki yang kira – kira sebaya dengannya datang menghampiri.
Orang itu baru dikenal Elena tapi Elena seakan sudah kenal lama dengan orang itu. Dia bernama Bryan Flynn. Elena menceritakan masalahnya ke Brian tapi dia berbohong, dia tidak bilang kalau dia berkepribadian ganda atau alter ego.
Setelah mendengar cerita Elena, Bryan mengajak Elena ke rumahnya. Entah mengapa Elena mengiyakan, padahal biasanya dia sangat kritis dengan orang baru.
Alangkah kagetnya Elena, setelah mengetahui yang dimaksud rumah oleh Bryan adalah gudang di sebuah Castello tua. Bryan tidak tinggal sendiri tapi juga dengan segerombolan anak jalanan, dia sendiri seorang musisi jalanan. Disana ada Caterina Angelo, yaitu adik Bryan yang persis malaikat, Kesha Honkins, umurnya kira – kira sebaya dengannya, dan Riccio Morossimo, yang sedikit lebih tua darinya.

****
Beberapa minggu tinggal di Castello, dia merasa bahagia. Sosok Felia seakan karam di tengah lautan. Apalagi jika berada dekat dengan Bryan. Bagi Elena, Bryan adalah sosok penyelamat. Selain, itu diam – diam Elena memendam rasa kepada Bryan. Bryan adalah lelaki tampan yang dewasa, dia begitu peduli dengan Elena. Dan yang terpenting setiap Elena dekat dengan Bryan, sosok Felia seolah hilang ditelan bumi.
Sayang, sepertinya Bryan suka dengan Kesha. Menurut pandangan Elena, Bryan sangat dekat dengan Elena. Saat inilah, sosok Felia mencoba kembali muncul. Dia membisikan sesuatu ke telinga Elena, tapi Elena mencoba menghiraukan bisikan itu.
“ Buat apa kamu mengalah, kamu sudah terlalu lama mengalah,” begitulah bisikan Felia. Semakin lama bisikan yang di dengar Elena terdengar semakin kejam. Pernah dia mendengar bisikan untuk membunuh. Elena masih bisa menahannya tapi dia tidak tahu sampai kapan dia bisa menahannya.
Malam ini adalah minggu ke – tiga dia berada di Castello. Malam ini tak seperti malam biasanya. Elena merasa ada yang ganjal. Dia merasa akan ada hal yang buruk yang akan menimpanya. Karena itu, dia memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Di berjalan dengan santai, menikmati setiap udara malam dari tiap gang, dia menuju ke Jembatan Rialto, jembatan favoritnya. Tapi begitu sampai di Jembatan Rialto, dia melihat Bryan sedang berdua dengan Kesha.
Sosok Felia mencoba muncul lagi dan kali ini Elena tidak bisa menahannya. Felia benar – benar kembali menjadi raja dalam tubuh Elena. Dia mewujudkan rasa kekecewaan diri Elena
Dihampirinya Bryan, dan kemudian dia tangannya sudah melesat di pipi Bryan. Bryan dan Kesha tentunya tersentak kaget.
“ Elena, ada apa?” seru Bryan.
“ Aku bukan Elena, aku Felia”
“ Apa maksudmu Elena?” kata Kesha.
“ Aku sudah bilang aku bukan Elena,”
Felia semakin beringas, dia layaknya preman yang telah membunuh ibu Elena. Ditariknya Kesha dan Bryan dan dia mulai melakukan hal yang paling keji yang pernah dilakukan Preman – preman terhadap ibunya.
****
“ Greyson?! Kenapa kamu ada disini? Dimana Bryan, aku bermimpi buruk tentangnya”
“ Bryan... Bryan sudah tidak ada,” ujarnya. Elena tidak bisa menahan tangis. Dia histeris, menangis sejadi – jadinya.
“ Kenapa? Kapan?”
“ Dia mati terbunuh semalam”
“ Terbunuh? Siapa yang membunuhnya?”
“ Kamu”
“ Hah, aku?” seru Elena kaget, dia tidak sadar bahwa dia telah membunuh Bryan.
“ Elena, sebelum dia meninggal dia membuat surat untukmu,” kata Greyson. Dengan mata sebab, Elena membaca surat itu. Dan ternyata ada satu hal yang dia tidak pernah sadari selama ini. Satu hal kesalahpahaman yang membuat semuanya berantakan. Elena begiu kaget hingga kertas itu jatuh tergeletak.


~~ Belajar buat cerpen ^_^ jangan lupa komennya yaa.. maklumin ya kalo ada salah - salah juga ada kalimat atau cerita yang mirip dibuku atau cerpen lain, soalnya memang ada beberapa cerita yang jadi inspirasi... hehehe