Cerpen remaja
BAYANG BAYANG KENYATAAN
Karya Reza Nurdiana
Karya Reza Nurdiana
Anggap saja seseorang
yang kamu benci tidak ada
Dengan begitu tidak
ada lagi amarah yang membelenggu
Tidak ada lagi rasa
bersalah karena membenci orang itu
Tidak akan ada lagi
air mata yang keluar saat kesedihan menyapa
Hentikan!
Jangan biarkan lagi,
air mata menetes
Karena satu tetes air
mata akan membuatmu terjatuh
Buang...
Hilangkanlah semua
kesedihan
Hapuskan..
Hapuskan semua
kenangan yang tidak ingin kau kenang
Lihat
Lihatlah dirimu, kau
berharga
Kau adalah sejuta
harap
Hanya ada satu kata
Hanya ada satu
kepastian
DIRIMU
~
~ ~
M
|
atahari sudah berada tepat diatas
kepala, tapi hanya mampu menghangatkan ujung sayap patung – patung malaikat dan
naga di atas gedung. Udara di jalan pun sudah mulai beraroma salju, seolah olah
mengingatkan bahwa musim dingin akan segera datang.
Sambil
bersenandung kecil, Elena berbalik dan menuju ke dalam kamar. Udara di balkon
sudah tidak mendukungnya yang sedang pilek. Elena menuju ke depan cermin dia
menatap lekat – lekat banyangan yang terpantul dari cermin.
“ Ini aku?”
tanyanya bodoh pada diri. Dia begitu serius memandangi wajahnya. Sesekali dia
menoleh ke kanan dan ke kiri. Untuk
sesaat dia berpaling dari cermin, dan kemudian dia kembali ke depan cermin.
Berapa kali
pun dia berpaling lalu kembali, tetap saja yang terpantul adalah banyangan
dirinya. Tapi kali ini dia merasa berbeda dia merasa ada yang salah pada
dirinya. Dia seperti dipermainkan dan terkadang dia menganggap dirinya seperti
ilusi semata.
“ Bukan, aku
tidak seperti ini. Ini bukan aku!” gumamnya seperti orang ketakutan. Keadaan
menjadi hening sesaat. Tak terasa air mata sudah menetes dipelupuk matanya
diikuti dengan isak tangin yang kian keras memecah keheningan.
“ Tenang
Elena, semuanya akan baik – baik saja,” serunya sambil melempar benda apapun
yang ada didekatnya. Terlihat jelas dia sedang berusaha menenangkan dirinya
dari semua kegundahan yang menyiksanya.
Tiba – tiba
Elena merasa semuanya seakan cepat, detak jantungnya, dentingan jam tua dan dia
merasa ada seseorang yang menatapnya. Tatapan itu tajam, membuatnya seakan
menjadi kecil, seperti anak kecil yang tidak berdaya, terpojok dan ketakutan.
Kini,
kepalanya dipenuhi bayangan orang – orang yang dibencinya. Bayangan itu
berputar semakin lama semakin cepat. Dia mendengar banyak suara, teriakan, tangisan,
ancaman dan ejekan yang berdengung. Kepalanya seolah mau pecah. Sakit sekali.
Dan akhirnya semua suara itu bercampur menjadi suara tawa. Begitu nyaring
seakan ingin memecahkan gendang telinganya.
****
“
Elena?!” seru Greyson sambil menepuk – nepuk pipi Elena. Elena mulai membuka
matanya. Dilihatnya sesosok pria yang seumuran dengannya. Walaupun pandangannya
masih kabur dan agak berkunang – kunang, Elena masih dapat mengenali sosok itu.
Greyson, sahabatnya dari kecil.
“ Greyson,”
“ Kamu
kenapa?Tadi aku mendengar suara teriakan, karena itu aku ke sini. Tapi aku
malah menemukanmu tergeletak di sini”
“ Aku hanya
sedikit pusing, nanti juga baikan,” jawab Elena sambil memegang kepalanya yang
masih berdenyut.
“Ya sudah, beristilahatlah dulu. Aku akan mengambilkanmu
raviolli – pangsit kecil khas italia,
dan minuman hangat,” kata greyson sambil berbalik.
Dipandanginya
langit – langit kamar yang tidak pernah berubah sejak 10 tahun lalu, hanya saja
atas itu semakin kusam sekusam masa lalunya. Di kamar inilah, Elena kecil
bersembunyi dari semua teriakan dan ancaman yang hampir setia hari didengarnya.
Di balik pintu kamarnya, dia mendengar tangisan ibu, memohon ampun ke ayahnya
yang sedang marah, sangat marah tepatnya. Saat itu ayah, seperti orang
kesetanan, dia membentak, mengeluarkan kata – kata kasar, bahkan tidak segan
untuk memukul ibu. Huh, slide – slide di otaknya kembali memutar potongan –
potongan masa kecilnya. Kenangan masa kecil yang saling bertubrukan menghambur
keluar dalam memori otaknya.
“ Ini minumanmu,”
seru Greyson mengagetkan.
“ Grazie – terima kasih, tapi kamu
mengagetkanku tau!” ujarku sambil melempar bantal ke arahnya.
“Hey, kamu
ini sudah di tolong juga. Eh, padahal aku sudah mengetuk pintu tapi kamunya
saja yang bengong terus. Ada apa?”
“ Tidak ada
apa – apa,”
****
Malam, merupakan hal yang dibenci Elena sejak tiga tahun lalu. Apalagi
ketika dia mulai terlelap, menjelajahi sudut mimpi buruknya. Sejak tiga tahun
lalu, selalu ada sosok samar dalam mimpi – mimpi buruknya. Awalnya sosok itu
tidak menggangu, seperti hanya sedang mengamati Elena dari jauh. Elena juga
tidak menggubrisnya, sudah terlalu banyak mahluk menakutkan serta bayang –
banyang kelam masa lalunya. Bagi Elena, sosok itu bagaikan Elena kecil. Terpojok
, ketakutan , dan menangis menjadi makanan sehari – harinya.
Tapi kali ini
malamnya terasa berbeda, semuanya terasa
lebih menakutkan. Sosok samar – samar itu semakin terlihat jelas.
Terlihat sosok yang sangat mirip dengannya, bagaikan memandang cermin. Sosok
itu adalah dirinya. Sosok itu mengaku bernama Felia Vallaresso.
Tidak hanya
itu, dia melihat bayang – bayang masa lalunya . bayang – banyang kelam yang
ingin di lenyapkannya .Tangisan ibunya semakin bergema , kata – kata kasar
ayahnya memenuhi telingannya . Juga saat-saat terakhir bersama sosok ayah yang tak
pernah sempat bisa membahagiakannya.
Dan Felia
seolah semakin nyata. Sosok dirinya yang kejam terus bergejolak, seakan ada
singa liar dalam diri Elena yang ingin mengamuk.
“ Elena bodoh
, kenapa kamu begitu lugu! Ingat semua penindasan yang kamu alami! Ingat semua
masa lalumu, “ seru Felia, sosok yang selalu menghantui malam Elena kini
semakin kurang ajar, dia mulai dia mulai berani membentak dan menyuruh – nyuruh
Elena . Tidak hanya itu , sepertinya Felia benar – benar menginginkan raga
Elena . Menjadikan diri Elena sebagai Felia seutuhnya.
Felia benar –
benar telah menguasai diri Elena . Dia mulai beranjak tempat tidur dan segera
mengganti baju . Elena yang manis berubah menjadi Felia yang tomboy yang
bergaya persis anak rebel.
Dengan
menggunakan celana jeans panjang dan kemeja kotak – kotak , Felia keluar rumah
mencari udara malam. Dia menyusuri gang – gang kecil , kemudian berbelok dan
sampailah dia di jembatan rialto salah satu jembatan yang paling terkenal di
venezia.Tiupan angin menyambut Felia ditengah gang yang begitu sempit, membuat
hawa dingin semakin menusuk rusuknya. Dia segera mempercepat langkahnya.
Di tengah
perjalanan, dia melihat seorang anak di ujung gang. Wajahnya terlihat sangat
ketakutan.
“ Maaf ayah,
itu bukan aku yang melakukannya,” kata anak itu terisak. Tangannya menutupi
muka, berlindung dari serangan si lelaki.
“ Dasar anak
bodoh, kamu hanya menambah beban saja. Godola
– perahu tumpangan itu sangat berarti bagiku, malah kamu hanyutkan di
laguna” seru seorang lelaki dengan penuh emosi.
“ Tapi itu
bukan aku yang melakukannya, sungguh,” ucap anak itu sambil terus menahan air
mata agar tangisnya tidak pecah. Tapi itu semua tidak berhasil menyentuh hati
si lelaki, dia malah mendaratkan kakinya ke pinggang anak kecil itu.
Bayangan
Elena kecil menggantung dipelupuk mata. Emosi yang menyala membuat tangan Felia
mengepal. Dia merasa marah, entah mengapa dia merasa ada dendam yang belum
terlampiaskan. Tapi dia hanya diam, memperhatikan apa yang terjadi dengan kejauhan.
Beberapa detik setelah anak kecil itu pergi, dia mulai mendekati lelaki tadi.
Ditariknya lelaki itu ke ujung gang, persis yang dilakukan lelaki itu terhadap
anaknya. Kemudian kepalan tangannya dengan cepat melesat ke pipi lelaki
tersebut. Felia memukuli lelaki itu dan membiarkannya terkapar di ujung gang.
Itu adalah
kali pertama Felia melampiaskan dendamnya. Melakukan hasrat – hasrat terendam
Elena, keinginan liar yang tak pernah diwujukan Elena. Setiap malam, Felia
menjadi raja di tubuh Elena. Dia merasuki tubuh Elena dan berbuat sesukanya.
Dan saat pagi menjelang, Felia menjadi sosok tersembunyi dari Elena yang
bersemayam dengan tenang.
Elena yang
malang, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya. Hanya ada
kebingungan yang setiap hari menemaninya. Beberapa hari yang lalu di menemukan
luka di dahinya yang entah berasal dari mana, kemudian dia merasa nyeri di
badannya. Sekarang, dia tidak tahu mengapa dia tidur di tangga.
“ Jujur,
memang belakangan ini kamu rada aneh,” kata Greyson saat Elena menceritakan
keganjalannya
“ Aneh?
Kenapa?”
“ Ya, kamu
bukan seperti Elena. Aku pernah bertemu kamu disuatu malam sedang meminum grappa – minuman berakohol tinggi khas venezia padahal kamu
tidak suka minuman itu, dan saat aku panggil kamu tidak menyahut. Kamu seperti
tidak mengenalku,”
“ Hah?! Kapan
aku begitu?”
“ Sekitar dua
hari yang lalu,” Elena hanya bisa tercengang mendengar semua hal yang
diceritakan Greyson, karena dia tidak merasa melakukannya dan satu pun dari
cerita tersebut tidak ada yang diingatnya.
“ Apa perlu aku ke psikiater?” gumam Elena dalam
hati
“ Elena,
hmm.. Kalau kamu mau, aku punya teman yang ibunya kerja jadi psikolog, ” usul
Greyson seakan membaca pikiran Elena.
“Baiklah,
tapi mungkin aku akan pergi sendiri saja,”
****
Perkataan Dokter
di sanatorium masih tergiang di telinga Elena. “Aku, berkepribadian ganda?”gumamnya dalam hati. Memang dalam
hidupnya banyak luka yang tergores di hatinya. Saat dia berumur enam tahun,
ayahnya yang pengusaha mulai berangsur bangkrut. Sedikit demi sedikit hartanya
dipakai untuk menutupi kebutuhan perusahaan, tapi itu tetap tidaklah cukup. Hal
ini membuat perubahan sikap ayah yang sangat drastis. Ayahnya mulai kasar,
membentak, mengancam, bahkan tidak segan untuk memukuli Ibunya yang tidak
bersalah. Bagi Elena, saat ayahnya berubah menjadi serigala, hanya ibunya yang
menghiburnya. Ibunya bagaikan malaikat bisu. Hingga suatu saat, dia harus
kehilangan sang malaikatnya.
Suatu malam
di musim dingin, ibunya keluar rumah untuk mencari makanan. Pada saat ibunya
pergi, dia merasa ada yang janggal di hatinya. Akhirnya dia memutuskan untuk
menyusul ibunya.
Dia meyusuri
tiap gang disekitar, dan matanya tertuju pada ujung gang yang gelap. Disana ada
ibunya yang sedang di kerubungi preman. Preman itu memaksa ibu agar memberikan
uangnya, namun ibunya malah memberontak.
“ Ini uang
untuk membelikan makanan anakku, aku mohon jangan diambil,” kata ibu sambil
menangis. Sayangnya, preman itu tidak perduli. Preman itu malah seperti orang
yang kesetanan, botol bir ditangan preman itu mendarat di kepala ibunya. Bagian
bawah botol yang tebal itu pecah setelah. Ibu terus berusaha minta tolong, tapi
satu pun orang tidak kunjung datang.Sedangkan, Elena kecil hanya bisa terpaku
diam, ketakutan. Tak puas dengan botol bir, preman itu membenturkan kepala
ibunya yang sudah berdarah – darah ke tembok, hingga ibunya merenggang nyawa.
Beberapa menit setelah preman itu kabur, Elena berlari ke arah mayat ibunya.
Dia menangis, berteriak minta tolong tapi yang dia dapat hanya kesunyian. Beberapa
hari setelah ibunya meninggal, Elena mendapati ayahnya yang terkapar disudut
tangga, karena overdosis narkoba.
Kini, dia
tinggal dengan tubuhnya yang dia saja tidak bisa dikendalikannya. Dia sudah
banyak merepoti Greyson. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari rumah.
****
Dengan
langkah kaki yang berat, dia menyusuri gang – gang dan tepi kanal. Dia tidak
tahu harus kemana. Di tengah malam yang hening penuh kebekuan, Elena sudah
tidak sanggup berjalan lagi, rasa kantuk yang sedari tadi menyerah berusaha dihiraukannya.
Tiba – tiba, seorang lelaki yang kira – kira sebaya dengannya datang
menghampiri.
Orang itu
baru dikenal Elena tapi Elena seakan sudah kenal lama dengan orang itu. Dia
bernama Bryan Flynn. Elena menceritakan masalahnya ke Brian tapi dia berbohong,
dia tidak bilang kalau dia berkepribadian ganda atau alter ego.
Setelah
mendengar cerita Elena, Bryan mengajak Elena ke rumahnya. Entah mengapa Elena
mengiyakan, padahal biasanya dia sangat kritis dengan orang baru.
Alangkah
kagetnya Elena, setelah mengetahui yang dimaksud rumah oleh Bryan adalah gudang
di sebuah Castello tua. Bryan tidak tinggal sendiri tapi juga dengan
segerombolan anak jalanan, dia sendiri seorang musisi jalanan. Disana ada
Caterina Angelo, yaitu adik Bryan yang persis malaikat, Kesha Honkins, umurnya
kira – kira sebaya dengannya, dan Riccio Morossimo, yang sedikit lebih tua
darinya.
****
Beberapa
minggu tinggal di Castello, dia merasa bahagia. Sosok Felia seakan karam di
tengah lautan. Apalagi jika berada dekat dengan Bryan. Bagi Elena, Bryan adalah
sosok penyelamat. Selain, itu diam – diam Elena memendam rasa kepada Bryan.
Bryan adalah lelaki tampan yang dewasa, dia begitu peduli dengan Elena. Dan
yang terpenting setiap Elena dekat dengan Bryan, sosok Felia seolah hilang
ditelan bumi.
Sayang,
sepertinya Bryan suka dengan Kesha. Menurut pandangan Elena, Bryan sangat dekat
dengan Elena. Saat inilah, sosok Felia mencoba kembali muncul. Dia membisikan
sesuatu ke telinga Elena, tapi Elena mencoba menghiraukan bisikan itu.
“ Buat apa kamu mengalah, kamu sudah
terlalu lama mengalah,”
begitulah bisikan Felia. Semakin lama bisikan yang di dengar Elena terdengar
semakin kejam. Pernah dia mendengar bisikan untuk membunuh. Elena masih bisa
menahannya tapi dia tidak tahu sampai kapan dia bisa menahannya.
Malam
ini adalah minggu ke – tiga dia berada di Castello. Malam ini tak seperti malam
biasanya. Elena merasa ada yang ganjal. Dia merasa akan ada hal yang buruk yang
akan menimpanya. Karena itu, dia memutuskan untuk keluar mencari udara segar.
Di berjalan dengan santai, menikmati setiap udara malam dari tiap gang, dia
menuju ke Jembatan Rialto, jembatan favoritnya. Tapi begitu sampai di Jembatan
Rialto, dia melihat Bryan sedang berdua dengan Kesha.
Sosok
Felia mencoba muncul lagi dan kali ini Elena tidak bisa menahannya. Felia benar
– benar kembali menjadi raja dalam tubuh Elena. Dia mewujudkan rasa kekecewaan
diri Elena
Dihampirinya
Bryan, dan kemudian dia tangannya sudah melesat di pipi Bryan. Bryan dan Kesha
tentunya tersentak kaget.
“ Elena, ada apa?” seru Bryan.
“ Aku bukan Elena, aku Felia”
“ Apa maksudmu Elena?” kata Kesha.
“ Aku sudah bilang aku bukan Elena,”
Felia semakin beringas, dia layaknya preman yang telah
membunuh ibu Elena. Ditariknya Kesha dan Bryan dan dia mulai melakukan hal yang
paling keji yang pernah dilakukan Preman – preman terhadap ibunya.
****
“ Greyson?! Kenapa kamu ada disini?
Dimana Bryan, aku bermimpi buruk tentangnya”
“ Bryan... Bryan sudah tidak ada,”
ujarnya. Elena tidak bisa menahan tangis. Dia histeris, menangis sejadi –
jadinya.
“ Kenapa? Kapan?”
“ Dia mati terbunuh semalam”
“ Terbunuh? Siapa yang membunuhnya?”
“ Kamu”
“ Hah, aku?” seru Elena kaget, dia
tidak sadar bahwa dia telah membunuh Bryan.
“ Elena, sebelum dia meninggal dia
membuat surat untukmu,” kata Greyson. Dengan mata sebab, Elena membaca surat
itu. Dan ternyata ada satu hal yang dia tidak pernah sadari selama ini. Satu
hal kesalahpahaman yang membuat semuanya berantakan. Elena begiu kaget hingga
kertas itu jatuh tergeletak.
~~ Belajar buat cerpen ^_^ jangan lupa komennya yaa.. maklumin ya kalo ada salah - salah juga ada kalimat atau cerita yang mirip dibuku atau cerpen lain, soalnya memang ada beberapa cerita yang jadi inspirasi... hehehe